FREEDOM IS HUMAN RIGHT

Gambar
- ARUS BAWAH - M aaf tapi aku tidak ingin menjadi penguasa , maaf itu bukan pekerjaan . A ku tak mau memerintah atau menaklukan apapun , A ku mau membantu semua orang jika mungkin kulit hitam, kulit putih dan semua A gama . K ita semua ingin saling membantu , manusia mutlaknya seperti itu . K ita ingin hidup sama - sama bahagia, bukan penderitaan .  K ita tak mau saling membenci !   D ibumi ini, bumi yang kaya dan bisa menyongkong semua orang , jalan hidup bisa bebas dan indah, tapi kita telah kehilangan jalan itu. K etamakan telah meracuni jiwa manusia, yang telah membatasi dunia dengan kebencian , yang telah menuntun kita pada pertumpahan darah.   K ita telah menciptakan kecepatan tapi, kita mengurung diri didalamnya. M esin telah memberikan yang kita mau, pengetahuan membuat kita menjadi sinis. K ita berfikir terlalu banyak dan terlalu sedikit untuk berperasaan . Kita lebih butuh Kemanusiaan dibanding mesin, lebih dari kepintaran itu sendir...

PENDAKIAN GUNUNG KENCANA YANG MENCEKAM!

Puncak Kencana dengan view Gunung Gede Pangrango
#Disclaimer: Jika Font Terlalu Kecil, Silahkan di Zoom :)

      Hallo! Kembali lagi di blog gua, disini gua akan bercerita tentang pendakian kembali tapi berbeda karena gua akan bercerita dari sudut pandang gua sendiri dan temen gua Widi (Nama Samaran), oiya semua nama dicerita ini gua samarin sesuai permintaan temen gua. Pendakian kali ini adalah ke gunung Kencana yang berada di Bogor Jawa Barat, pendakian ini bersama komunitas dan tentu aja banyak yang ikut sekitar 18 orang (9 cowo dan 9 cewe). Pendakian kali ini bertepatan pada tanggal 17 Agustus 2019 yang berarti upacara kemerdekaan di gunung hehehe.... Cerita ini sesuai fakta yang Widi lihat dan tidak ada penambahan apa pun, dan di ceritakan ke gua se usai pendakian. Oke, mulai kita baca ceritanya sambil dibayangkan agar lebih jelas.

Awal pendakian ini karena komunitas penikmat alam yang gua sendiri jadi pengurusnya ingin merayakan hari kemerdekaan diatas gunung biar beda dikit hehehe, sebelum hari pemberangkatan gua, Majid, Aji, Cumi, Jopeng yang bertugas menyiapkan peralatan kelompok, dan anak cewenya yang bertugas membeli logistik. Oke, 16 Agustus 2019 kita sudah berada disekolah setelah jumat’an selesai, dan kita mulai berangkat sekitar pukul 15.00, rencana akan lewat jalan Cipanas yang pernah gua lewatin pas pendakian gunung Gede, selama perjalanan gua sama bocah engga ada permasalahan dan sampai ke resort Telaga Warna yang berada dipinggir jalan puncak pass Bogor sekitar maghrib. Disini kita izin melintas untuk ke basecamp gunung Kencana yang ditarif satu orang sepuluh ribu, gua dan anak cowonya mengurus perizinan melintas dan anak cewenya solat dulu. Setelah selesai semua, barulah kita menuju basecamp yang berjarak sekitar 9 KM dengan melintasi kebon teh yang jalannya gelap dan bebatuan. Dari sini lah gua dan Widi mulai merasakan suasana mencekam.

Pukul 18.30 mobil berjalanan menyusuri kebun teh, baru aja jalan beberapa menit kita sudah salah mengambil jalan yang seharusnya lurus malah ke kanan yang menuju ke Telaga Warna, dan kita mencoba kembali lagi kejalan utama, tapi salah mengambil jalan kembali yang malahan menuju ke rumah pendopo lumayan besar tapi sangat sepi dan hanya ada satu pencahayaan, pas gua liat rumah itu bulu kuduk berdiri karena bener – bener serem dan aura nya beda, dipekarangan rumah tersebut ada pohon yang besar dan dibawah pohon itu Widi melihat ada nampan yang berisi bunga rupa – rupa seperti bekas sajen, Widi juga melihat ada sosok tinggi hitam dibalik pohon tersebut yang sedang mengintip kita yang dimobil, bahkan kata Widi ia melihat banyak sekali mahluk kecil seperti tuyul yang mengelilingi rumah tersebut seperti menjaga dan tidak suka kehadiran kami. Gua engga sampe lihat mahluk – mahluk tersebut tapi bisa merasakan hawa yang beda. Firasat Ibu memang tidak pernah salah, tepat Widi melihat mahluk tadi, Ibunya langsung menelpon agar selalu baca doa dan tidak tengok kanan – kiri. Kita pun kembali ke jalan utama dan lanjut melewati jalan yang bebatuan, disini kita masih bercanda dan solawatan karena sepi dan gelap sekali.

Saat menikmati perjalanan tiba – tiba mobil terhambat karena engga kuat melewati tanjakan berbatu, gua dan anak cowonya siaga turun untuk menahan mobil agar tidak merosot kebawah, pas gua mau turun Widi menahan gua, tapi gua tetap turun membantu yang lain, ternyata Widi melihat banyak pasang mata merah yang mengawasi kami dibalik rimbunnya kebun teh, gua yang ngedenger cerita dia langsung merinding. Akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan, kita semua menikmati langit yang bertaburan bintang dan entah iseng atau apa Majid mengeluarkan senter sambil menyorot ke semua sudut sampai akhirnya tanpa sengaja Majid mengarahkan ke pohon pinggir jalan, disaat itu juga Widi langsung berteriak kaget, gua yang ikut kaget langsung nannya ke dia tapi pertanyaan gua engga di gubris sama sekali, dia hanya diam dan lanjut solawatan. Ternyata Widi melihat di pohon itu berdiri sosok perempuan mukanya hancur dan menyeramkan. Gua yang denger Widi cerita merinding abis soalnya itu pohon tepat di belakang gua. Setelah 2 jam lebih berjalan sampailah kita dibasecamp gunung Kencana, kita semua menurunkan carrier dan mobil diparkirkan.

Pukul 21.00 mulai menuju pos simaksi, Majid dan Aji duluan buat nyari lapak tenda. Jalan menuju tempat simaksi masih lewat kebon teh dan ditempuh sekitar 15 menit, disini gua ngerasa hawa nya tidak enak dan terasa lebih dingin. Gua jalan paling belakang dan Widi didepan gua, ditengah kesunyian tiba – tiba Widi nyanyi kaya lagu bang Ocit wkwkwk.... Ternyata kata Widi ia melihat mahluk halus di kebon teh itu seperti menyambut kita, dan bener – bener rame kata Widi tapi dia tidak takut karena merasa tak menggangu, 15 menit berjalan sampe juga di tempat simaksi, gua ngurus simaksi dan kita semua terbagi 2 kelompok, kelompok pertama sudah duluan yang dipimpin Donny. Gua, Cumi, Jopeng sama Deni kelompok dua yang anak cewenya lebih banyak.
Tanjakan Sambalado

Pendakian pun dimulai, gua berjalan paling belakang dan Jopeng didepan, kita mulai melewati tanjakan sambal lado yang bener – bener pedes banget bukan main, gua yang habis sebats merasa engap bawa dirigen air wkwk... Baru jalan beberapa menit si Endah tiba – tiba minta break dan nangis sambil kesakitan, si Enda ngerasa sesak napas dan lehernya berat sekali, Widi dan Fitri yang membawa P3K langsung mengobati dan menenangkan Enda. Kelompok dua kepecah yang menyisakan gua, Deni, Widi, Fitri sama Enda, sisanya duluan yang dipimpin Jopeng sama Cumi. Gua ngerasa di hutan ini sunyi sekali tidak ada suara hewan apapun, padahal semestinya dihutan setidaknya ada suara jangkrik, kalo kata orang tua berarti ada mahluk halus jadi hewan pada takut. Akhirnya Enda udah bisa berjalan lagi dan kita menuju pos 1, saat berjalan tiba – tiba Widi berhenti sejenak, pas ditanya kenapa? dia hanya bilang cape, kata Widi yang cerita keg gua, ternyata pas jalan dia lihat pocong yang sedang menyebrang dari timur ke barat, kaya hanya numpang lewat aja, anjir ga tuh wkwkwk..... Gua pun paling belakang ngerasa ada yang ngikutin dan lebih terasa cepet cape, kita pun sampe di Pos 1 lalu istirahat bentar. Disini Enda nangis lagi dan napasnya kembali sesak, Deni, Widi, sama Fitri nenangin Enda sementara gua ngeliat sekeliling hutan yang gua rasa ada yang ngikutin gitu tapi engga ada siapa – siapa mungkin hanya sugesti, pas lagi ngobatin Enda tiba – tiba aja ada suara ketawa cewe yang bener – bener jelas, kita semua langsung diem kaget karena puncak masih jauh dan dibelakang engga ada rombongan lagi, Deni yang santai cuma bilang kalo itu suara monyet. Namun berbeda dengan Widi yang terdiam lemas jongkok seperti melihat sesuatu, ternyata kata Widi, dia melihat mba Kunti yang sedang duduk diatas pohon sekitar 5 meter dari jarak kami dan dia melihat kami sambil tertawa menyeringai, suara tawa yang kita dengar ternyata suara mba kunti gaessL Cuma Widi aja yang lihat sosoknya, gua cuma bisa ngerasa tapi engga bisa melihat begituan.

Perjalanan tersebut seperti panjang sekali yang seharusnya hanya 1 jam an tapi karena Enda yang break melulu jadi terasa lama, akhirnya Enda kuat buat jalan lagi sambil di tuntun Deni. Widi yang pindah posisi kebelakang nemenin gua karena dia tau kalo dibelakang ada yang ngikutin, gua ngeliat Widi mukanya pucat pasi, kami kembali rilex dengan tingkah selengean si Deni hahaha.... Setelah beberapa jam berjalan dan suasana mencekam mulai hilang, kita udah denger keramaian yang tandanya puncak udah deket. Pukul 11.00an akhirnya kita berlima udah sampai puncak dan gua langsung nyari tenda rombongan, yang cowo mulai bikin tenda dan yang cewe bersiap buat masak makan malem. Suasana yang tadinya mencekam udah mulai kondusif karena dipuncak ramai sekali, setelah makan malem selesai dibuat, kita semua menyantap dan mengobrol syahdu wkwkwk...... Setelah makan malam, yang cewe bersiap istirahat, dan yang cowo  seperti biasa ngopi santai dulu hehehe.... Abis ngopi santai gua balik ke tenda untuk istirahat.

Bulan berganti dengan Matahari yang menandakan sudah pagi hari. Gua, Jopeng, Cumi, sama Majid ngambil air ke bawah buat masak, soalnya sumber air Cuma ada di pos simaksi dan yang lainnya bersiap untuk upacara 17 Kemerdekaan. Gua sama bocah sarapan dan nge teh diwarung dulu wkwkwk.... Males rasanya balik lagi ke atas tapi kasian nanti pada gabisa masak mie, ya jadinya pas naik lagi istirahat mulu hahaha..... Akhirnya gua berempat sampe atas lagi dan langsung membantu masak, makanan udah matang, kita semua sarapan bersama yang rasanya nikmat bukan main dah seriusJ Sehabis makan dan nyantai kita semua bersiap untuk turun dan tidak lupa buat foto bersama dulu hehehe..... Sesi foto – foto selesai kita semua turun kembali dengan selamat dan sampah yang tebawa, kita semua cuci muka dan istirahat dahulu di basecamp. Gua udah kaya gembelan cuma pake sendal jepit kecil dan kotor abis wkwk... Selama dipuncak dan turun engga ada kejadian janggal lagi. Pukul 11.00 siang kita menuju kembali ke Cikarang dengan selamat, gua yang waktu pendakian bertingkah berani setelah Widi cerita semuanya, bikin gua paranoid abis wkwkwk. Sekian, Tamat~

Pesan dari pendakian kali ini adalah agar sebelum memulai perjalanan hendaknya berdoa terlebih dahulu dan tidak boleh sombong karena meraka “ada” dan berdampingan dengan kita. Cerita ini diambil berdasarkan fakta dan tidak ada penambahan apapun.

Terima kasih sudah membaca, tunggu cerita lain di blog ini. Gua Dendy izin pamit~


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAKIAN GUNUNG GEDE