|
Puncak Kencana dengan view Gunung Gede Pangrango |
#Disclaimer: Jika Font Terlalu Kecil, Silahkan di Zoom :)
Hallo! Kembali lagi di blog gua, disini gua akan
bercerita tentang pendakian kembali tapi berbeda karena gua akan bercerita dari
sudut pandang gua sendiri dan temen gua Widi (Nama Samaran), oiya semua nama
dicerita ini gua samarin sesuai permintaan temen gua. Pendakian kali ini adalah
ke gunung Kencana yang berada di Bogor Jawa Barat, pendakian ini bersama
komunitas dan tentu aja banyak yang ikut sekitar 18 orang (9 cowo dan 9 cewe). Pendakian
kali ini bertepatan pada tanggal 17 Agustus 2019 yang berarti upacara
kemerdekaan di gunung hehehe.... Cerita ini sesuai fakta yang Widi lihat dan
tidak ada penambahan apa pun, dan di ceritakan ke gua se usai pendakian. Oke,
mulai kita baca ceritanya sambil dibayangkan agar lebih jelas.
Awal pendakian ini karena komunitas penikmat alam
yang gua sendiri jadi pengurusnya ingin merayakan hari kemerdekaan diatas
gunung biar beda dikit hehehe, sebelum hari pemberangkatan gua, Majid, Aji, Cumi,
Jopeng yang bertugas menyiapkan peralatan kelompok, dan anak cewenya yang
bertugas membeli logistik. Oke, 16 Agustus 2019 kita sudah berada disekolah
setelah jumat’an selesai, dan kita mulai berangkat sekitar pukul 15.00, rencana
akan lewat jalan Cipanas yang pernah gua lewatin pas pendakian gunung Gede,
selama perjalanan gua sama bocah engga ada permasalahan dan sampai ke resort Telaga
Warna yang berada dipinggir jalan puncak pass Bogor sekitar maghrib. Disini
kita izin melintas untuk ke basecamp gunung Kencana yang ditarif satu orang
sepuluh ribu, gua dan anak cowonya mengurus perizinan melintas dan anak cewenya
solat dulu. Setelah selesai semua, barulah kita menuju basecamp yang berjarak
sekitar 9 KM dengan melintasi kebon teh yang jalannya gelap dan bebatuan. Dari
sini lah gua dan Widi mulai merasakan suasana mencekam.
Pukul 18.30 mobil berjalanan menyusuri kebun teh,
baru aja jalan beberapa menit kita sudah salah mengambil jalan yang seharusnya
lurus malah ke kanan yang menuju ke Telaga Warna, dan kita mencoba kembali lagi
kejalan utama, tapi salah mengambil jalan kembali yang malahan menuju ke rumah
pendopo lumayan besar tapi sangat sepi dan hanya ada satu pencahayaan, pas gua
liat rumah itu bulu kuduk berdiri karena bener – bener serem dan aura nya beda,
dipekarangan rumah tersebut ada pohon yang besar dan dibawah pohon itu Widi
melihat ada nampan yang berisi bunga rupa – rupa seperti bekas sajen, Widi juga
melihat ada sosok tinggi hitam dibalik pohon tersebut yang sedang mengintip
kita yang dimobil, bahkan kata Widi ia melihat banyak sekali mahluk kecil
seperti tuyul yang mengelilingi rumah tersebut seperti menjaga dan tidak suka
kehadiran kami. Gua engga sampe lihat mahluk – mahluk tersebut tapi bisa
merasakan hawa yang beda. Firasat Ibu memang tidak pernah salah, tepat Widi
melihat mahluk tadi, Ibunya langsung menelpon agar selalu baca doa dan tidak
tengok kanan – kiri. Kita pun kembali ke jalan utama dan lanjut melewati jalan
yang bebatuan, disini kita masih bercanda dan solawatan karena sepi dan gelap
sekali.
Saat menikmati perjalanan tiba – tiba mobil
terhambat karena engga kuat melewati tanjakan berbatu, gua dan anak cowonya
siaga turun untuk menahan mobil agar tidak merosot kebawah, pas gua mau turun Widi
menahan gua, tapi gua tetap turun membantu yang lain, ternyata Widi melihat
banyak pasang mata merah yang mengawasi kami dibalik rimbunnya kebun teh, gua
yang ngedenger cerita dia langsung merinding. Akhirnya perjalanan kembali
dilanjutkan, kita semua menikmati langit yang bertaburan bintang dan entah
iseng atau apa Majid mengeluarkan senter sambil menyorot ke semua sudut sampai
akhirnya tanpa sengaja Majid mengarahkan ke pohon pinggir jalan, disaat itu
juga Widi langsung berteriak kaget, gua yang ikut kaget langsung nannya ke dia
tapi pertanyaan gua engga di gubris sama sekali, dia hanya diam dan lanjut
solawatan. Ternyata Widi melihat di pohon itu berdiri sosok perempuan mukanya
hancur dan menyeramkan. Gua yang denger Widi cerita merinding abis soalnya itu
pohon tepat di belakang gua. Setelah 2 jam lebih berjalan sampailah kita
dibasecamp gunung Kencana, kita semua menurunkan carrier dan mobil diparkirkan.
Pukul 21.00 mulai menuju pos simaksi, Majid dan Aji
duluan buat nyari lapak tenda. Jalan menuju tempat simaksi masih lewat kebon
teh dan ditempuh sekitar 15 menit, disini gua ngerasa hawa nya tidak enak dan terasa
lebih dingin. Gua jalan paling belakang dan Widi didepan gua, ditengah
kesunyian tiba – tiba Widi nyanyi kaya lagu bang Ocit wkwkwk.... Ternyata kata
Widi ia melihat mahluk halus di kebon teh itu seperti menyambut kita, dan bener
– bener rame kata Widi tapi dia tidak takut karena merasa tak menggangu, 15
menit berjalan sampe juga di tempat simaksi, gua ngurus simaksi dan kita semua
terbagi 2 kelompok, kelompok pertama sudah duluan yang dipimpin Donny. Gua,
Cumi, Jopeng sama Deni kelompok dua yang anak cewenya lebih banyak.
|
Tanjakan Sambalado |
Pendakian pun dimulai, gua berjalan paling belakang
dan Jopeng didepan, kita mulai melewati tanjakan sambal lado yang bener – bener
pedes banget bukan main, gua yang habis sebats merasa engap bawa dirigen air
wkwk... Baru jalan beberapa menit si Endah tiba – tiba minta break dan nangis
sambil kesakitan, si Enda ngerasa sesak napas dan lehernya berat sekali, Widi
dan Fitri yang membawa P3K langsung mengobati dan menenangkan Enda. Kelompok
dua kepecah yang menyisakan gua, Deni, Widi, Fitri sama Enda, sisanya duluan
yang dipimpin Jopeng sama Cumi. Gua ngerasa di hutan ini sunyi sekali tidak ada
suara hewan apapun, padahal semestinya dihutan setidaknya ada suara jangkrik,
kalo kata orang tua berarti ada mahluk halus jadi hewan pada takut. Akhirnya
Enda udah bisa berjalan lagi dan kita menuju pos 1, saat berjalan tiba – tiba
Widi berhenti sejenak, pas ditanya kenapa? dia hanya bilang cape, kata Widi
yang cerita keg gua, ternyata pas jalan dia lihat pocong yang sedang menyebrang
dari timur ke barat, kaya hanya numpang lewat aja, anjir ga tuh wkwkwk..... Gua
pun paling belakang ngerasa ada yang ngikutin dan lebih terasa cepet cape, kita
pun sampe di Pos 1 lalu istirahat bentar. Disini Enda nangis lagi dan napasnya
kembali sesak, Deni, Widi, sama Fitri nenangin Enda sementara gua ngeliat
sekeliling hutan yang gua rasa ada yang ngikutin gitu tapi engga ada siapa –
siapa mungkin hanya sugesti, pas lagi ngobatin Enda tiba – tiba aja ada suara
ketawa cewe yang bener – bener jelas, kita semua langsung diem kaget karena
puncak masih jauh dan dibelakang engga ada rombongan lagi, Deni yang santai
cuma bilang kalo itu suara monyet. Namun berbeda dengan Widi yang terdiam lemas
jongkok seperti melihat sesuatu, ternyata kata Widi, dia melihat mba Kunti yang
sedang duduk diatas pohon sekitar 5 meter dari jarak kami dan dia melihat kami
sambil tertawa menyeringai, suara tawa yang kita dengar ternyata suara mba
kunti gaessL Cuma Widi aja yang lihat sosoknya, gua cuma bisa
ngerasa tapi engga bisa melihat begituan.
Perjalanan tersebut seperti panjang sekali yang
seharusnya hanya 1 jam an tapi karena Enda yang break melulu jadi terasa lama,
akhirnya Enda kuat buat jalan lagi sambil di tuntun Deni. Widi yang pindah
posisi kebelakang nemenin gua karena dia tau kalo dibelakang ada yang ngikutin,
gua ngeliat Widi mukanya pucat pasi, kami kembali rilex dengan tingkah
selengean si Deni hahaha.... Setelah beberapa jam berjalan dan suasana mencekam
mulai hilang, kita udah denger keramaian yang tandanya puncak udah deket. Pukul
11.00an akhirnya kita berlima udah sampai puncak dan gua langsung nyari tenda
rombongan, yang cowo mulai bikin tenda dan yang cewe bersiap buat masak makan
malem. Suasana yang tadinya mencekam udah mulai kondusif karena dipuncak ramai
sekali, setelah makan malem selesai dibuat, kita semua menyantap dan mengobrol
syahdu wkwkwk...... Setelah makan malam, yang cewe bersiap istirahat, dan yang
cowo seperti biasa ngopi santai dulu
hehehe.... Abis ngopi santai gua balik ke tenda untuk istirahat.
Bulan berganti dengan Matahari yang menandakan
sudah pagi hari. Gua, Jopeng, Cumi, sama Majid ngambil air ke bawah buat masak,
soalnya sumber air Cuma ada di pos simaksi dan yang lainnya bersiap untuk
upacara 17 Kemerdekaan. Gua sama bocah sarapan dan nge teh diwarung dulu
wkwkwk.... Males rasanya balik lagi ke atas tapi kasian nanti pada gabisa masak
mie, ya jadinya pas naik lagi istirahat mulu hahaha..... Akhirnya gua berempat sampe
atas lagi dan langsung membantu masak, makanan udah matang, kita semua sarapan
bersama yang rasanya nikmat bukan main dah seriusJ Sehabis makan dan nyantai kita semua bersiap untuk
turun dan tidak lupa buat foto bersama dulu hehehe..... Sesi foto – foto
selesai kita semua turun kembali dengan selamat dan sampah yang tebawa, kita
semua cuci muka dan istirahat dahulu di basecamp. Gua udah kaya gembelan cuma
pake sendal jepit kecil dan kotor abis wkwk... Selama dipuncak dan turun engga
ada kejadian janggal lagi. Pukul 11.00 siang kita menuju kembali ke Cikarang
dengan selamat, gua yang waktu pendakian bertingkah berani setelah Widi cerita
semuanya, bikin gua paranoid abis wkwkwk. Sekian, Tamat~
Pesan dari pendakian kali ini adalah agar sebelum
memulai perjalanan hendaknya berdoa terlebih dahulu dan tidak boleh sombong
karena meraka “ada” dan berdampingan dengan kita. Cerita ini diambil
berdasarkan fakta dan tidak ada penambahan apapun.
Terima kasih sudah
membaca, tunggu cerita lain di blog ini. Gua Dendy izin pamit~
keren bang
BalasHapus